Ustadz Abdillah dilahirkan dari seorang ibu bernama Rukinah, pada tanggal 05 Desember 1977 di Desa Gunung Bayu Kabupaten Simalungun – Sumatera Utara. Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar negeri 091685 Gunung Bayu dan Madrasah Ibtidaiyah tahun 1990. Beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Arqam Kerasaan Kabupaten Simalungun – Sumatera Utara. Terobsesi kepada generasi para ulama terdahulu yang tidak hanya menguasai tsaqofah Islam di bidang ilmu fiqih, ilmu hadist, ilmu tafsir dan disiplin ilmu lainnya tetapi mereka juga menguasai ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Sebagaimana Al-Khawarizmi, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Al-Jabar dan ulama saintis Islam lainnya, maka beliau melanjutkan pendidikan sekolah kejuruan teknik mesin pada tahun 1993 di Kota Medan. Sebagian masyarakat menganggap aneh melanjutkan jenjang pendidikan dari pesantren ke sekolah kejuruan seperti STM. Begitulah sesungguhnya potret fikroh ummat yang telah terkontaminasi dengan ide sekulerisme yang menjadikan dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama.
Meskipun menempuh jalur pendidikan umum, beliau terus mendalami tsaqofah Islam dengan belajar di taman pendidikan Al-Quran terjemahan pada kurun waktu tahun 1993 hingga tahun 1997 di Mesjid Taqwa jalan Sisingamangaraja, Simpang Limun Medan. Beliau berguru dengan Ustadz Sutan Marajo untuk belajar ilmu nahwu dan shorof serta belajar terjemah lafzhiyah dan tafsir Al-Azhar dengan almarhum Ustadz Hamonangan Pulungan. Pada tahun 1996 beliau kemudian melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi ke Institut Teknologi Medan (ITM) Jurusan Teknik Mesin. Memasuki era reformasi tahun 1998, sempat ikut ambil bagian menjadi aktivis mahasiswa reformasi. Semasa kuliah, beliau juga aktif di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-Iqro’. Melalui LDK beliau bergelut dengan aktivitas dakwah kampus hingga menyelesaikan pendidikan kuliah pada tahun 2002. Menjelang semester akhir perkuliahan, beliau berinteraksi dengan syabab Hizbut Tahrir Indonesia pada tahun 2000 sehingga dari interaksi itu semakin mengokohkan diri untuk aktif berdakwah di luar kampus hingga kini.
Bergelut dengan waktu dan tuntutan hidup, beliau hijrah ke kota Batam pada tahun 2004. Pulau Batam dengan image negatif sebagai kota yang dikenal dengan ajang kemaksiatan tidaklah sepenuhnya benar. Malah justru di kota ini tumbuh subur aktifitas dakwah dengan berbagai macam ormas-ormas Islam. Pada tahun 2009 hingga tahun 2011 beliau melanjutkan pendidikan agama formal di Lembaga Bahasa Arab dan Ilmu Islam (LBAIS) Yayasan Islam Al-Kahfi Batam. Aktivitas beliau sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta. Beliau juga aktif sebagai muballigh dan tergabung menjadi anggota Persatuan Muballigh Batam (PMB), aktif membina majelis taklim pada instansi swasta maupun pemerintah. Menjadi salah satu narasumber kajian Islam di Radio Serumpun 91,7 FM dan Radio RRI 105,1 FM Batam. Semoga Allah ta’alaa senantiasa memberkahi aktivitas dakwah beliau, diberi hidayah dan rahmat-Nya sehingga istiqomah dijalan dakwah hingga ajal tiba. Aamiin yaa robbal ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar